Sejarah terbentuknya Negeri EMA Huaresi Rehung
Pada umumnya orang Maluku itu semuanya berasal dari Pulau Seram yang
disebut Nusa Ina atau pulau ibu termasuk masyarakat Ema juga berasal
dari Nusa Ina. Menurut sejarah yang dituturkan oleh para leluhur sewaktu
mereka masih bermukim di Nusa Ina, mereka terdiri dari tiga bersaudara (segandong)
yaitu satu moyang yang tetap tinggal di Seram yang keturunannya mendiami
negeri Teluti.
Sedangkan dua moyang dengan keturunannya keluar dari Seram berlayar ke Pulau Ambon dengan dua perahu kora-kora. Sesampai di Tanjung Alang, satu perharu kora-kora putar haluan masuk Teluk Ambon dan mereka mendarat di Pantai Hunipopu (Kota Ambon sekarang). Disitu mereka membangun perkampungang dipesisir Panai Hunipopu sampai ke Panai Batumerah sekarang ini. Mereka inilah yang disebut Negeri Batu Merah. Kora-kora yang satu lagi berlayar terus melewati Tanjung Nusaniwe menuju ke timur dan sampi di pantai Rupang (antara petuanan negeri Naku dan Mahia sekarang), mereka mendaratkan kora¬koranya disitu dan masuk ke gunung kurang lebih 2 kilometer dari pantai lalu mendirikan negeri disitu. Tampat itu mereka beri nama Batu Hitam. Itulah negeri Ema yang pertama. Karena keturunan mereka berkembang makin hari makin banyak sehingga daerah itu tidak layak lagi untuk menampung mereka. Maka mereka berusaha mencari tempat pemukiman baru yang layak hum. Tempat itu mereka cari dengan cara melemparkan tombak.
Sedangkan dua moyang dengan keturunannya keluar dari Seram berlayar ke Pulau Ambon dengan dua perahu kora-kora. Sesampai di Tanjung Alang, satu perharu kora-kora putar haluan masuk Teluk Ambon dan mereka mendarat di Pantai Hunipopu (Kota Ambon sekarang). Disitu mereka membangun perkampungang dipesisir Panai Hunipopu sampai ke Panai Batumerah sekarang ini. Mereka inilah yang disebut Negeri Batu Merah. Kora-kora yang satu lagi berlayar terus melewati Tanjung Nusaniwe menuju ke timur dan sampi di pantai Rupang (antara petuanan negeri Naku dan Mahia sekarang), mereka mendaratkan kora¬koranya disitu dan masuk ke gunung kurang lebih 2 kilometer dari pantai lalu mendirikan negeri disitu. Tampat itu mereka beri nama Batu Hitam. Itulah negeri Ema yang pertama. Karena keturunan mereka berkembang makin hari makin banyak sehingga daerah itu tidak layak lagi untuk menampung mereka. Maka mereka berusaha mencari tempat pemukiman baru yang layak hum. Tempat itu mereka cari dengan cara melemparkan tombak.
Kapitan
Ading Adang Anaan Tanahatuila
Sapili & Guelder
Sapili & Guelder
Maka Kapitan mereka yang bernama
Ading Adang Anaan Tanahatuila, melempar tombaknya ke arah timur Batu
Hitam, lalu kedua ekor ajingnya yang satu warnanya merah dan yang satu
warnanya hitam masing-masing bernama Sapili dan Guelder disuruh mencari
tombak tersebut. Sesudah dicari maka tombak itu ditemukan kurang lebih 5
kilometer dari Batu Hitam. Tempat itu bernama Wamingisil (tempat gedung
Kantor PLN Ranting Pegunungan sekarang mi). Namun sesudah mengadakan
penyelidikan/survey, tempat itu tidak memenuhi persyararatan untuk
sebuah pemukiman. Dengan demikian tombak dilemparkan lagi oleh kapitan
untuk kedua kalinya dan kedu anjing itu disuruh mencarinya kembali.
Akhirnya tombak itu ditemukan ditempat Negeri Ema sekarang. Tempat
tombak itu tertancap diberi nama Amanghupung yang merupakan pusat Negeri
Ema. Itulah sekilas sejarah singkat masyarakat dan Negeri Ema yang nama
tanahnya disebut Huaresi Rehung. Sebagaimana disebutkan pada permulaan
tulisan mi bahwa ketiga basudara gandong itu adalah Negeri Teluti di
Seram yang diberi nama oleh para leluhur sebagai Batu Putih, sedangkan
Negeri Batu Merah diberi nama Batu Merah dan negeri Ema diberi nama Batu
Hitam.
Bendera atau lambang Negeri Ema Huaresi berwarna merah hitam dan bergambar dua ekor anjing yaitu Sapili dan Guelder yang sementara menggigit tombak.
Bendera atau lambang Negeri Ema Huaresi berwarna merah hitam dan bergambar dua ekor anjing yaitu Sapili dan Guelder yang sementara menggigit tombak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar